PERNIKAHAN DINI
ini adalah kisah nyata dari sebuah desa di kabupaten boyolali, jawa tengah. nama desanya, njrakah. letaknya, di kecamatan selo. penduduk desa ini, sebagian besar menikah di usia yang sangat muda. mereka mengikat tali perkawinan pada usia 10 hingga 17 tahun.
raminah, misalnya, ia menikah saat usianya menginjak 13 tahun. kedua anaknya, menderita cerebral palsy. anak-anak ini menjadi korban pernikahan di usia yang amat belia.
pernikahan di usia anak-anak ini, membuat pola pikir mereka belum seperti layaknya orang dewasa saat memiliki anak. salah satunya, pengetahuan yang sangat kurang dalam bidang gizi dan kesehatan anak. tidak mengherankan, anak-anak yang lahir dari perkawinan semacam ini, umumnya menderita gizi buruk. tapi, apa mau di kata, kawin muda sudah menjadi tradisi di daerah ini. masyarakat selo, sangat percaya dengan perhitungan hari baik. khususnya, hari baik untuk menikah.
dua belas juni lalu, seorang warga , suladi menikahkan anak bungsunya, suwarni. sang suami, tetangga mereka sendiri. namanya paijo. paijo memang sudah berusia 20 tahun. tapi, suwarni belum genap 15 tahun. pernikahan yang dijodohkan ini, lagi-lagi berdasarkan perhitungan hari baik. suwarni ternyata masih beruntung, kebanyakan perempuan warga desa itu dinikahkan sebelum lulus dari sekolah dasar. tentunya mereka terpaksa putus sekolah.
apa memang begitu pentingnya menikah? sampai mengorbankan generasi penerus. sempat timbul pertanyaan di hati, jangan-jangan orang tua mereka memang ingin cepat-cepat lepas tanggung jawab. tapi ternyata tidak...
pasangan yang sudah menikah biasa tinggal di rumah orang tua perempuan. mereka bantu-bantu kerja dan menghidupi anak istri setelah mampu bertani. kebiasaan ini sulit dirubah karena berkaitan dengan adat, padahal kaitannya dengan mutu generasi muda kita di masa depan... ahh
fenomena ini cukup unik karena ada disekitar kita, dan seringkali terlewatkan. kita masih lebih sering memelototi indeks penurunan rupiah yang saat ini sudah menembus batas 9700. kita masih lebih peduli tentang pejabat korupsi yang telah jadi tertuduh tersangka dan bahkan terhukum, toh masih bebas menikmati semua hasil korupsinya. kita sibuk mengurusi hal-hal besar yang berskala nasional. yang magnitude nya sangat raksasa. kadang kita lupa pada hal-hal kecil di sekitar kita... hal-hal kecil yang benar-benar berarti..
No comments:
Post a Comment