26 October 2004

KELUARGA ADALAH CAHAYA

aku pulang dari makassar kemarin, banyak hal baru kualami, banyak pula deja vu yang ku alami. di losari matahari terbenam masih sama, mempesona. di Potere, ikang baka masih lezat menggiurkan. di bantimurung, musim kemarau berkepanjangan nyaris menyurutkan air terjunnya; tapi ratusan kupu-kupu masih setia menemani. liputan harian seakan jadi lebih berat saat puasa, tapi toh.. kehausan dan kelelahan terbayar saat pisang hijau dan coto terpapar di hadapan.

aku pulang dari makassar kemarin. kota yang mempesona, seperti layaknya seluruh dataran sulawesi. jangan dulu bicara soal mamasa atau kerusuhan di mambi. jangan lagi bicara poso dan ketegangan yang terus menahun terjadi di sana. aku pulang dari makassar membawa kenangan yang menyelimuti hati. berbulan-bulan terperangkap di kantor, rasanya lega bisa menginjakkan kaki di sulawesi lagi. perasaan bebas dan lepas, sepertinya bahkan bisa diraba dengan ujung jariku.

toh aku pulang setelah hampir seminggu di makassar. rasanya sedih meninggalkan kota itu. rasanya kembali menuju rutinitas dan desk job yang bertumpuk seperti terjatuh kembali ke lubang tanpa cahaya. terjerat kembali pada kepekatan rasa yang membuatku sulit bernafas.

toh aku pulang. dan aku tahu akan bisa mengatasi tekanan ini, sebab aku kembali pulang menuju cahayaku, yang mencerahkan hari-hariku, menginspirasikan kekuatan untuk menghadapi segala tekanan, dan memupuskan kerinduanku pada perjalanan. Aku pulang pada keluargaku...

Manusia selalu merasa butuh kebebasan untuk mencari kesejatiannya, tapi seringkali menemukannya saat membiarkan diri terikat pada keluarganya.

No comments:

Post a Comment