JADI ORANG KAYA SEMALAM
Tidak bisa pulang lagi hari ini. Beruntung sponsor acara yang menghabiskan waktu pulangku menyediakan hotel. Bukan sekedar penginapan, tapi kamar di hotel Hilton senayan. jadilah aku mencicipi kehidupan orang kaya malam ini. Ini hotel bintang lima, untuk masyarakat kelas atas. Biayanya tidak main-main, gaji ku sebulan pun hanya bisa untuk menginap selama 4 hari di sini.
Lumayan, Sekali-sekali bermewah-mewah.
Jam satu dini hari taksiku masuk ke halaman Hilton. Pertama kali masuk ke lobi utama, aku perhatikan desain interiornya jelas mirip dengan ambarukmo di jogja – satu lagi hotel yang mengesankanku – nuansa ethnic dan akrab. Tapi saat berjalan di koridor suasana akrab dan eksotis terasa menghilang. Lorong marmer dengan penerangan lampu-lampu gantung malah berkesan individualis, apalagi kelompok sofa yang di letakkan terpisah-pisah.penuh dengan kelompok orang yang hanya peduli pada urusan kelompoknya.
Menuju kamar di garden lounge, terasa berbeda lagi. Naik lift harus punya kartu kunci…kok rasanya jadi paranoid ya? Agak gagap juga awalnya, untung ada front desk yang suka rela menjelaskan caranya. Elegan dan ramah; pantas Hilton dianggap salah satu hotel kelas dunia. Menurutku sebuah perusahaan selalu dapat diukur dari karyawannya. Menurutku mereka diatas rata-rata.
Sampai di lantai 3. Lorong dengan dinding knockdown yang mewah membuatku merasa seperti tikus yang terjebak dalam labirin. Kamar 307. kunci masuknya berbentuk kartu juga. Masukkan ke lubang, tarik, tunggu lampu menyala hijau, putar handel pintu.. voila… aku ada di dalam kamar.
Mewah. Beralas marmer dan karpet tebal. Selimut ganda ditempat tidurnya; cukup untuk tidur nyaman ditengah dinginnya AC ruangan. Lantas aku longok kamar mandinya. – ini rahasia, tapi kamar mandi adalah ruang paling menunjukkan siapa pemilik rumah. Kotak obatnya melukiskan sikap dan sifat empunya. Itu menurut saya lo..- shower air hangat dan dingin. Bathtub yang lega dan nyaman. Ah.. mungkin aku malam ini akan tidur dan berendam sekaligus.
Kamar mandi penuh kaca dan cermin. Membuatku merasa sedikit narsis. Kucoba berkaca; ah aku sudah tua. Tak ada lagi anak laki-laki ramping yang dulu. Melihat mataku di cermin, mendadak ingat cerita candyman; sosok hantu pembunuh yang keluar dari dalam kaca. Bergidik sedikit tapi tetap berkaca.
Kamar mewah itu dilengkapi TV, dan minibar. Standarnya eropa; tentu terselip satu dua botol minuman keras. Menggoda juga, sayang aku tak suka. Kunyalakan TV dan kucoba ke 29 channelnya. Rupanya sudah ada child protection set. Biarpun salurannya banyak karena lewat cable tv, tidak ada lagi saluran dewasa. Baguslah, tidak semua hotel mau memasangnya. Akhirnya kubuka-buka saja surat kabar.
Mmmh… begini mungkin rasanya jadi orang kaya. Tak ada pekerjaan, sementara fasilitas tersedia. Iseng juga jadinya. Kalau tidak kuat mental kebosanan bisa dilampiaskan jadi hal-hal negative. Karena terlalu lelah membayangkan diri jadi orang kaya, malam itu aku tertidur di sofa empuk, bukan di ranjang yang tak kalah mengundang.
Pagi-pagi terbangun oleh telepon. Panggilan kerja pagi itu. Sebelum berangkat; kusempatkan berlama-lama bershower dengan air hangat. Yang begitu tak ada di rumahku. Setelah berganti pakaian aku keluar kamar.
Dasar orang udik, keluar hotel megah itupun aku kesasar. Malu bertanya, dan memilih mengikuti plang penunjuk jalan. Dasar orang miskin, begitu keluar gedung aku kesulitan lagi. Aku tak punya mobil, jadi terpaksa berjalan lebih jauh lagi untuk menyetop taksi.
Ahh dasar orang miskin, susah mau nyoba huniannya orang kaya.
Saat di dalam kendaraan menuju ke kantor, aku berpikir. Kamar hotel yang begitu mewah hanya aku pakai untuk tidur. Saat bangun segarnya sama saja dengan saat bangun tidur di rumahku. Walaupun tempat tidurnya hanya kasur keras diatas karpet; nyeyakku tak kalah nyaman. Lelapku juga sampai pagi.
Sama saja ternyata. malam ini tanpa penyesalan aku akan pulang kerumah, kembali menjadi orang biasa. kembali menjadi aku.
No comments:
Post a Comment