22 April 2004

PERJUANGAN ATAU PENGORBANAN.

sltp 56 mendadak menjadi terkenal. sekolah yang terletak di kawasan belanja blok M ini, mendadak menjadi pusat pemberitaan di berbagai media. puluhan murid-murid sltp negeri itu kini belajar di halaman, mereka bahkan kemudian harus pindah ke taman sekitar 1 kilometer dari sekolah mereka. sekolah mereka telah di ruislaag oleh departemen pendidikan dasar, dengan dua gedung sekolah baru. rencananya sekolah itu akan digusur dan diganti sebuah pusat perbelanjaan.

sebenarnya ini bukan masalah baru. ruislaag sltp 56 sudah disetujui sekitar satu setengah tahun lalu. kebetulan aku sudah meliput masalah ini sejak awal. saat itu, masih ada kelas 2 dan 3 di sltp itu. kelas satunya otomatis dipindah ke sekolah baru yang sudah jadi di jeruk purut. saat itu para guru menolak, katanya mereka protes terlalu rendah nilai penggantiannya. awalnya aku simpati pada mereka; para guru yang mencoba memperjuangkan sekolah mereka. saya merasa dekat dengan mereka, yah.. apalagi saya kan anak seorang guru.

saat aku tiba, mereka menyambut dengan gembira. berlebihan malah. salah seorang; yang mengaku orang tua murid dan pengurus POMG mendatangi aku. ramah, sekali lagi terlalu ramah. mereka bercerita bahwa ini adalah gara-gara konglomerat yang ingin menguasai lahan mahal dan strategis, mereka juga mengatakan jika sekolah dipindahakan ia menawari aku minum, mencarikan murid narasumber, membuatkan press release..ah terlalu over. aku malah merasa di setir dan jadi curiga ada apa dibelakangnya. murid-murid yang berdemo pun bisa diberi komando, dan melaksanakannya dengan sempurna. seperti rekayasa. tapi karena sebagai wartawan tak boleh beropini, saya mulai saja mengumpulkan data versi mereka. setelah puas mencari data, aku mulai me re-check data itu.

pertama kucoba menelpon konglomerat yang katanya berminat membeli gedung itu. abdul latief. ternyata menembus jajaran sekertarisnya sangat sulit. setelah puluhan kali menelefon dan belasan alamat kudatangi
aku hanya berhasil mendapat informasi pejabat yang bertanggungjawab atas ruislaag. kutanya pejabat itu bagaimana pertimbangan me ruislaag tanah sekolah. katanya; kalau saat ini memang rugi dari segi harga tanah. tapi kalau dari segi kelancaran pendidikan, malah untung. satu sekolah dengan gedung tua, yang tersempil di tengah-tengah mall tentu tidak ideal bagi pelajaran anak. hasil pertukaran itu adalah bangunan sekolah baru berlantai 3 yang khusus dibuat untuk sekolah. sekolah itu juga memiliki halaman olahraga luas, belum lagi gedung lab tersendiri. letaknya tidak di pusat kota, tapi juga tidak terpencil. ia mempersilahkan aku mengunjungi sekolah itu, dan aku setuju.

ternyata pernyataan itu tidak dilebih-lebihkan. gedung itu bagus dan masih baru. setiap kelas dilengkapi ventilasi dan prasarana yang memuaskan. aku kagum juga dengan kemegahan bangunannya. mobil umum cukup banyak lewat di depan sekolah, memang siswa masih harus berjalan agak jauh sebab halaman sekolah itu luas. tak ada masalah. kepalang tanggung, kuketuk pintu kepala sekolahnya, tapi hanya ada wakilnya. awalnya sulit. tanpa perjanjian dan ijin kanwil dikdasmen ia mengatakan tidak berani. tapi setelah ku panas-panasi, ia mulai bicara. faktanya mengejutkanku.

pemindahan ternyata dilakukan secara bertahap. seluruh murid yang telah bersekolah di sltp 56 tak akan dipindahkan, hanya saja tak akan ada penerimaan murid baru. jadi murid yang baru akan langsung disekolahkan di sekolah yang baru, di kawasan jeruk purut. tidak akan ada murid 56 yang terpaksa pindah sekolah. saya lantas jadi bingung. simpati pada guru-guru sltp 56 yang masih bertahan, berkurang seperempat. kenapa mereka ngotot kalau tak ada kesulitan yang menimpa muridnya. sang wakil kepala sekolah baru itu menjawab kebingunganku; ia katakan guru-guru yang bertahan akan dicopot dari jabatan fungsional di sekolah baru. semacam persaingan antar kelompok. wah.. tiba-tiba puzzle di kepalaku cocok. komentar dan kelakuan mereka jadi mendapat penjelasan sempurna. persaingan...
aku pulang ke kantor dan berusaha menulis senetral mungkin. saat itu aku merasa tugasku sebagai pengamat selesai.

tiba-tiba beberapa minggu terakhir muncul lagi kasus sltp 56 ini. para guru yang bertahan di sltp 56 lama kembali bergerak. mereka membentuk kelompok, kali ini di back up LSM, untuk membela kepentingan mereka. tuntut sana sini, kontak sana-sini, tak ketinggalan mencari ekspose lewat media.
aku agak bingung apa masalahnya.

ternyata guru-guru yang masih bertahan, selama ini telah menerima siswa baru. yang aku tahu beberapa waktu lalu depdiknas sudah mengancam tidak akan memberi ijasah, tapi ternyata mereka tetap nekat menerima murid. sltp 56 yang sekolah negeri, mbalelo pada pimpinannya. sekarang baru jadi masalah setelah pemilik resmi tanah, yang telah menyerahkan sekolah baru dan kelengkapannya, mulai tak sabar. mereka meminta segera diberi hak milik atas lahan sltp 56 itu.
maka mulailah drama yang tak mengenakan hati itu.

dimulai penyegelan gedung sekolah. tentunya ada aksi demo dan teriak-teriak murid-muridnya. guru-guru sibuk mengundang wartawan dan siapapun yang bisa mengekspose kegiatan mereka. tindakan pertama aku konfrontasi ke dikdasmen; kata mereka para murid yang masih sekolah di 56 boleh memilih ke sekolah mana mereka akan pindah. tanpa biaya. terserah sekolah mana. pasti diterima. ini tawaran luar biasa. mereka bahkan dapat pindah ke sekolah favorit yang uang pangkalnya naudzubillah mahalnya, gratis.
tapi di lapangan lain lagi. para guru tetap berkoar. 'para murid yang tak mau pindah; kata mereka.' ketika ku tanya memang para murid berkata seragam, seolah diatur. waktu berjalan jumlah murid yang bertahan semakin sedikit. tapi teriakan para guru belum mereda. sekolah kemudian disegel, dan para murid belajar di halaman.

dan tahukah kamu apa yang membuatku kesal? demi ego para guru para murid itu menjadi korban. tak peduli kata mereka ingin menegakkan hukum, mereka mengorbankan masa depan murid-murid itu. hidup mereka. para murid itu tak punya ijasah yang sah, bahkan mereka terancam dianggap sekolah liar - lebih rendah dari sekolah anak jalanan - terancam tak bisa melanjutkan. kenapa para orang tua murid dan guru tidak berpikir? yang terancam bukan gedung sekolah atau sekedar tanah. yang terancam bukan sekedar kehormatan mereka dan biaya ruislaag. yang terancam adalah masa depan anak-anak mereka.

dan tahukah kamu apa yang membuatku kesal juga? media massa mem blow up peristiwa ini. membuat para guru yang melupakan sumpah mereka memberi pendidikan bagi muridnya, menjadi pahlawan. mereka yang mengedepankan ego daripada asuhan mereka sama dengan pahlawan yang tertindas? tidak menurutku. mereka punya pilihan yang lebih baik, mereka tidak tertindas tapi menindas diri sendiri. profil mereka berserakan di media. dan media massa, memamah mereka. memutarbalikkan keadaan. memanfaatkan mereka menjadi bahan berita, menguras air mata demi rating dan iklan. sialan... membuatku menyesal jadi orang media..

dan tahukah kamu apalagi yang membuatku jijik? begitu murid-murid itu mulai belajar di taman, sekelompok pemakan bangkai mendekat. LSM yang membiayai para guru itu untuk mencederai kehidupan murid-muridnya sendiri. para calon legislatif dan partai politik yang tengah berebut suara di pemilu turun tangan. menyediakan pelindung dengan barisan preman dan tokoh-tokoh yang bahkan bisa membuat api dari sekeranjang daun segar. mereka jago membual dan profokatif. sialan... mereka memanfaatkan keadaaan untuk menekan musuh mereka. sialan... kelompok ini bahkan membongkar sekolah yang digembok demi menunjukkan simpatinya. tapi menurutku, yang mereka tunjukkan adalah kekerasan, bukan simpati. sialan..

DAN TAHUKAH KAMU APA YANG MEMBUATKU SANGAT KESAL?
adik-adikku itu diajari menyanyikan lagu-lagu yang merendahkan sekelompok orang.
mereka diajar menghina.
anak-anakku diajari bahwa kekerasan adalah solusi.
mereka diajari memusuhi.
anak-anakku itu diajari merebut sesuatu dengan potong kompas, tanpa tahu cara yang prosedural.
mereka diajari curang.
adik-adikku itu diajari menghujat pemerintah, gubernur, depdiknas, dan entah apa lagi.
mereka diajarkan membenci.

maaf kalau saya emosional. untuk saya anak-anak adalah harapan masa depan. tumpuan kehidupan nanti.
dan orang-orang yang mengotori pikiran mereka bukanlah pahlawan.

jadi ingat, hardiknas sebentar lagi. ahh..kalau guru saja sudah bisa di provokasi bagaimana masa depan kita? ahh...

No comments:

Post a Comment