08 April 2004

HAMSTER

malam sudah cukup tua ketika aku terpaksa turun di stasiun pasar minggu. kereta api malam itu luar biasa penuh, masalah klasik.. ada kerusakan lagi di jalur daop 1 kereta jabotabek jurusan jakarta bogor. aku terdorong keluar oleh gelombang orang yang merangsak keluar, dan terlambat mengikuti gelombang manusia yang masuk. padahal baru 1 jam lagi kereta berikutnya menuju bogor.

iseng-iseng aku berjalan sepanjang peron. banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya disana. barangnya biasa-biasa saja, harganya relatif miring, tapi terkadang terselip satu atau dua barang-barang unik yang layak dikoleksi. pernah aku mendapat sebuah keris tua yang benar-benar tua, dipakai sebagai bahan praktek penjual cairan pembersih kuningan. harganya hanya 10 ribu saat kubeli, seperlima puluh harga jualnya di kolektor keris antik. beberapa pedagang kulalui begitu saja. vcd, gesper dan korek api berbagai jenis. perhatianku tertarik pada kerumunan orang di peron 2. jelas ada pedagang yang membawa sesuatu yang unik, aku bergegas menghampirinya.

hamster! pedagang itu membawa puluhan hamster. hewan mungil mirip tikus berbulu kelinci itu diletakkan dalam kandang-kandang kawat kecil. di dalamnya terdapat berbagai permainan, seperti putar roda dan tangga. mahluk-mahluk lucu itu dengan semangatnya naik turun tangga dan berlarian memutar roda. mereka tak lelah-lelah saling baku lintas dan silang temilang. wajah kecil mereka terkadang ditempelkan ke jeruji kawat. mereka terus bergerak. terlihat lucu dan riang sekali. aku terhibur sejenak, bahkan ada niatan untuk membelinya, kalau saja aku tak ingat di rumah juga dipelihara hewan yang akan menganggap pengerat kecil itu sebagai santapan.

hamster! mendadak kulihat beberapa ekor hamster yang bergelung berkelompok di sudut. mereka kelihatan sehat, bulunya masih lembut berkilau. sang pedagang menyatakan mereka tengah istirahat, tapi ada yang berbeda pada hamster-hamster pendiam itu. mata mereka suram, tak bercahaya seperti taman-temannya. tiba-tiba aku sadar, hamster-hamster kecil itu tidak semua berlarian karena gembira. sebagian panik mencari jalan keluar dari tatapan puluhan mata yang memandangi mereka. sebagian lagi berusaha keras melarikan diri dari sangkar kecil yang memangkas kemerdekaan mereka. mereka mencari kebebasan.

aku jatuh kasihan pada mereka, tak ingin lagi aku membeli atau menyaksikan mereka. malah inginku lepaskan mereka agar bisa bermain di rerumputan, menggali lubang di tanah, berkejaran dibalik akar-akar pohon.

peluit kereta berbunyi. aku dan puluhan manusia lain bergegas mengambil tempat di peron. takut aku tertinggal, malam semakin larut. saat berbaris bersama ratusan orang di peron itu, aku menghirup nafas panjang. menghimpun udara malam dalam paru-paruku.aku bersyukur pada tuhan atas anugerah kebebasan yang kumiliki. kereta listrik datang, kami berebutan naik. sejenak aku terjebak diantara arus penumpang yang naik dan orang-orang yang turun. aku mulai terdesak mundur lagi. dengan sedikit panik aku mendesak lebih kuat dan mencari celah untuk maju. sulit mempedulikan teriakan seorang ibu yang terjepit tak bisa keluar. sama tak mungkinnya memberi jalan veteran tua cacat yang ingin didahulukan masuk. aku bukan lagi aku. aku hanya bagian dari arus penumpang.

diatas kereta kami berjejalan seperti sarden. mendadak aku tersenyum pahit, ternyata aku pun tidak sepenuhnya bebas. sama seperti hamster-hamster yang terkurung kandang kawat mereka, aku, kami, kita para manusia juga di kungkung harapan, keinginan dan kepentingan kita. paling tidak apa yang kita anggap penting. aku terkurung berbagai ketakutan, seperti ketinggalan kereta, terlambat bekerja, gagal melaksanakan tugas, tidak bisa menutup deal penting, tak mampu memenuhi peran sebagai ayah, suami, teman, atau apapun. aku dan kita, mungkin takut tak memenuhi ekspektasi orang lain terhadap kita, padahal yang dianggap sebagai ekspektasi orang lain sebenarnya hanya ada dalam pikiran kita. sebab kita tak akan pernah tahu persis apa yang diinginkan orang lain.

mendadak kereta terasa pengap dan padat. agak jauh dariku lubang pintu yang sudah tak ada daun pintunya lagi menawarkan kesegaran semilir angin malam. aku bergerak menuju pintu itu, terkadang berputar melewati orang lain, atau langsung mendesak penumpang didepanku. aku merasa seperti hamster yang naik turun tangga, berusaha mencari lubang keluar. aku masuk ke sebuah roda putar dan lari sekencang-kencangnya, berharap mendapatkan kebebasan. padahal aku...tak bisa kemana-mana.

aku merasa seperti hamster yang dikurung di kandang kawat kecil.

No comments:

Post a Comment